Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

One Would Have Thought

Nyala lampu sudah seperti nyala lilin, Tetesan embun yang sejuk kini mulai menghangat, hujan hanya sesekali menghampiri, beribu pepohonan kini tumbang 900, dan sudah tidak ada lagi pagi dan malam yang dirasakan, hanya ada gelap panas serta kokokan ayam yang menjadi samar. Aku merasa tak nyaman lagi tinggal di sini, serasa aku disetrika oleh suasana ini. Sepanjang hari pakaian serta handuk selalu basah. Melihat keadaan seperti ini aku mulai menyadari bahwa semua ini tidak boleh dibiarkan berlalu begitu saja. Sebagai satu-satunya putra daerah yang lanjut sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, aku harus menanggung segala hal yang sangat bertolak belakang dengan pola pikirku dengan masyarakat di sini, hingga ujian terberat harus juga aku lalui, sebab kali pertama aku dan ayah tak sepaham. Aku hanya seorang diri, dalam kesendirian itu aku bertekad untuk menyakinkan ke mereka bawha kita harus menjaga kelestarian hutan tanah kita. Setiap harinya aku ke luar rumah tanpa sahabat la...

UNKNOWN

Dulu tempat aku “gila” di sini. Tapi dia sudah longgar "Layaknya baju yang kusam". Namun perjuangan untuk bertahan masih ada harapan. Masih tersimpan berjuta keyakinan dalam diri aku. Aku tahu mereka kuat. Untuk kali ini bukan waktu yang bicara, karena tak dapat. tapi tekad dan kerja keras yang menunjukkan jalan menuju kalimat yang indah. Tak ada lagi ucapan yang menangis. Sekarang saatnya kepalkan tangan kalian, dan buktikan kalau kalian mampu. Kalau ada parit di hadapan kalian maka ketahuilah agar kalian tidak terjatuh. Karena sesungguhnya parit itu hambatan yang mudah di lalu oleh kamu yang ikhlas dan sabar.

Struggle

Aliran sungai tak henti-hentinya berdesau ditelinagku. Tiap aku mendengar aliran itu, aku hanya berdoa untuk dia. Kini suara aliran sungai mulai tak terdengar. Namun, antrian mengisi air sawah   mulai memanas. Sejak itu dia selalu pergi pagi untuknya. Tiap aku bangun, sarapan pagi, baju sekolahku dan uang jajan sudah dia siapkan untukku. Selama 3 bulan dia pergi subuh ke sawah. Aku tak pernah melihat wajahnya dalam senyuman, entah apa yang dia pikirkan. Tiap kali aku ingin ikut dengannya, dia hanya berkata “Kamu jaga rumah, dan belajar”. Sudah dua hari dia tidak balik kerumah, akankah ini untuk selamanya?

DUMBA’GELETER

Aku dan setangkai bunga mawar yang   kusembunyikan dibalik sweter armyku.   Sudah dua jam aku berlalu lalang di depan rumahnya namun aku tak sanggup menyapa pagar dan pintu yang membuatku mencengkram dan berteriak histeris disertai rasa kaku dan gunda gulana. Security perumahan pun sudah mulai curiga melihatku, Dia menyapaku dengan senyuman yang lebar namun mata yang melalat seolah aku mempunyai sahabat untuk mencengkram langit rumah gadis itu, pikirku demikian. Aku terdesak dan jari jemariku sangat kaku untuk membunyikan bel rumah si gadis. Lampu di kamarnya mulai menyala, kemudian ruang tamu dan terakhir WC. Aku berfikir si gadis itu mendengarkan suara yang tak asing lagi bagi pintu rumahnya, namun dia malah tidak mendengarnya, dan ternyata sosok lain yang mendengar suara nyanyian pintu itu dan membukanya dengan pelan, sudah jam 8.00. Tatap mataku ke arah lengan. Memulai pembicaraan tidak begitu kaku dengan gadis yang satu ini, namun puncak kekakuanku mulai men...

Good Bye

Fiksi Mini Ciuman manis dan lembut melayang ke keningku sebelah kiri, kataku yang dulu. Pada saat itu aku mulai suka dengan dia, sampai suatu hari aku menunggunya berjam-jam, kupikir setiap sms yang masuk adalah dari dia, sampai petugas PLN yang menagih listrik pun kupikir dia. Betapa besarnya harapanku dengan dia, aku ingin setiap hembusan nafasku selalu ada untuknya. Itu dulu. Kini, waktuku habis untuknya, dia sudah melayang terbang jauh dari imajinasiku. Menutup segala ruang   rindu untukku, harapan hanya tinggal nama. Hanya sekali kumerasakan ciuman itu, dan itu yang terakhir dan tak ada lagi.