Malam Ini
Namaku
Muldi, awal aku menjabat tanganmu di dalam kelas itu, lalu kamu memberi senyum.
Hanya senyum. Katamu “aku sudah tahu namamu” Terima kasih. Kataku yang tak
terucap melalui bibir. Sejak itu, aku
tak pernah melihatmu lagi. Semakin aku mencari, aku merasa kamu makin menjauh. Lalu
kudiamkan diriku beberapa hari dan aku melihat kamu tak berbelanja disebuah pusat
pertokoan. Kubuntuti dirimu sejauh mataku memandang.
Sebenarnya,
akupun tak yakin kalau kamu adalah seseorang yang saya lihat itu. Sampai ketika,
kamu berhenti di persimpangan jalan. Kamu berdiri, diam, kelihatannya sedang
menunggu seseorang. Sejam aku melihatmu dari kejauhan, kamu tetap berdiri
sembari menoleh kiri dan kanan. Beruntungnya, kamu tidak pernah menoleh kea rah
belakang.
Rasanya
aku merasa jenuh melihat kamu berdiri di persimpangan itu, sembari berpikir,
kamu hanya mengabiskan waktu. Lebih baik waktumu itu kamu pergunakan untuk
istrahat untuk mengumpulkan kekuatan keesokan harinya. Namun aku heran sama
kamu, semakin larut mala ini, kamu semakin mengeliat rasanya menahan kantuk.
Heran!!
Akupun
sempat tertidur di atas pijakanku, namun rasanya kamu tidak. Tiba-tiba datang
seorang pria menghampirimu dan memeberimu imbalan, lalu kamu meninggalkan
tempat itu menuju utara, lalu lelaki itu menuju ke timur. Aku penasaran dengan
kerjaanmu itu, sehingga aku menghampiri tempatmu berdiri. Lalu aku menoleh ke
barat, seorang wanita meringis dan menangis tersedu-sedu. Lalu kuhampiri wanita
itu dan darah keluar dari V-nya, maka aku baru sadar kalau wanita yang berdiri
sedari tadi bukan kamu. Karena saat ini kamu menangis tersedu-sedu.
Late Post
Makassar, 13 Juni 2015
Miftahul Maulidil
Komentar
Posting Komentar